curhat

Anak Kurang Bersyukur

Kemarin malem Mama ke Bekasi soalnya Ibuk mau pergi ke Jogja, jadi Mama ke Bekasi jagain eyang. Trus kami sarapan sebelum aku berangkat ke kantor. Cerita-ceritalah kami bertiga tentang dulu Bulek juga kerjanya jadi AO di bank, kayak aku. Seperti biasa, mama kalau cerita-cerita itu bisa merembet ke mana-mana. Mama bilang kalo satpamnya di kantor bulek yang dulu masih kenal sama dia, masih suka nyapa. Satpamnya pernah tanya, bulek sekarang anaknya udah berapa. Terus bertanya-tanyalah mama, mantan pacarnya bulek masih di sana apa engga ya. Gatau lah mama kayaknya. Terus, ibuk nyaut,

“Kamu masih sama Sigit ga, Da? Kok ga pernah ke sini lagi.”

“Udah engga lagi buk…”, aku jawab seadanya.

Terus mama nyaut,

“Lha napa kok udah engga? Masalahnya apa… Udah sama-sama kerja kok malah pisah.”

Aku langsung nunduk ga berani natap, cuma bisa diem sambil senyum miris. Dalam hati aku cuma mbatin, anakmu nakal ma. Gatau diri. Kurang bersyukur.

Standard
poetry

Menyudahi

Aku paling takut dimusuhi
Aku paling takut orang akan jauh dari aku
Aku punya banyak kekurangan
Tapi aku harap kekuranganku itu ga menjauhkan aku dari orang yang aku sayang

Tapi apa daya
Pun aku seperti orang yang tidak kapok-kapoknya
Melakukan kesalahan bertubi-tubi
Hingga satu per satu dari orang itu menyingkir
Tidak betah
Tidak tahan

Tiada henti menyalahkan diri sendiri
Tapi sahabat bilang jangan sering menyalahkan diri sendiri
Ya sudah terima kekuranganmu itu
Akui
Terima

Mungkin kamu punya ambisi untuk memperbaiki
Tapi ternyata semakin berambisi malah semakin menjadi-jadi

Maka dari itu
Yang paling tepat yaitu menerima

Sudah cukup
Fokuskan kepada dirimu dulu
Perihal orang itu tetap membencimu
Ya sudah
Yang penting kamu memang tidak ada maksud menyakiti
Perihal orang itu menjauh darimu
Ya sudah
Yang penting kamu sudah berusaha memberikan yang terbaik

Mungkin memang bukan waktunya
Mungkin memang bukan porsinya

Bekasi,
13 Agustus 2018

Standard
curhat

Published Draft

Akhir-akhir ini sedang mengikuti Marchella FP. Terakhir nonton tentang presentasi dia di Bukalapak, aku setuju kalau emosi itu harus dituliskan. Aku udah melakukan itu dari lama. Bisa dilihat sendiri blog ini tulisannya banyak banget. Banyak yang ga jelas juga. Masih ada buku-buku juga yang isinya adalah tulisan-tulisanku tentang perasaanku. Ada di Handphone juga tentang perasaan-perasaan itu. Aku bersyukur aku orangnya masih suka nulisin, karena dengan begitu aku jadi inget dulu aku kayak gimana, karena emang aku orangnya ga peka banget. Butuh disentil dulu baru ngeh (jelek sih ini. Gimana ya ngerubahnya? Duh!)

Nah ini adalah salah satu draft tulisan aku tentang orang yang aku sayang, yang aku tulis di Google Keep hape ku. Aku tulis draft ini tanggal 7 Agustus. Ada banyak banget tulisan-tulisan yang lain. Kalau aku mati, salah satu warisan buat anakku pasti adalah tulisanku sendiri deh wkwkwkw.

Nih yaaa.

Published Draft

Sering pagi-pagi kalau aku berangkat kerja, ga ada hal lain yang aku pikirin selain si orang kesayangan ini. Telat banget ya aku. Menyadari semuanya setelah sudah kandas (???) Yang selama ini aku pikir dia ga perhatian sama aku tuh salah. Yang selama ini aku pikir dia itu egois ternyata malah aku yang egois. Yang selama ini aku pikir dia suka ga peduli sama aku tuh malah justru aku yang sering ga peduli sama dia.

Makin sering makin merenung justru semakin sering menyalahkan diri sendiri: kemana aja aku selama ini? Kenapa mataku begitu buta, hatiku tidak peka. Padahal waktunya sudah dalam ukuran “tahun”. Kurang lebih 2 tahun aku pacaran sama dia, tapi tidak terlihat tanda-tanda aku memahami dan mengerti dia. Yang ada aku justru banyak menuntut sana-sini, mempermasalahkan hal yang sama setiap marah-marahan. Bukan diselesaikan, tetapi hanya dipendam, dikubur, seolah-olah nanti akan selesai dengan sendirinya. Ya. Yang namanya penyesalan itu selalu datang terakhir.

Aku jadi inget sama story-nya temenku namanya Imel. Dia belajar dari Yesuit punya ajaran. Kalau kita dalam situasi terdesak, dalam situasi sulit, pikiran tidak jernih, kita tidak boleh ambil keputusan. Nah, nampaknya aku justru sering mengambil keputusan diwaktu aku sedang putus asa, sedang sedih. Aku melakukan hal-hal yang buruk. Dan akhirnya semua itu salah. Imbasnya adalah penyesalan. Sebaiknya memang kalau lagi dalam situasi yang tidak bagus harus banyak-banyak tanya aja, dengerin, tapi jangan buat keputusan apa-apa. Nanti nyesel.

Dah. Sekian

 

Bekasi
11 Agustus 2019

Standard