Uncategorized

Sudahkah Benar-benar Move On?

Move On sebetulnya kata yang netral. Tapi entah kenapa jadi kata yang paling sulit kalau sudah dikaitkan dengan perasaan cinta. Wkwkwkw. Tapi ya begitulah. Kalau dipikir-pikir, sebuah momen bisa dikatakan menyenangkan kalau merupakan momen pertama kali, atau momen yang diinginkan dari dulu, atau belum pernah dialami sebelumnya, biasanya akan sulit untuk dilupakan. Misalnya, habis masa Covid lama banget terus akhirnya liburan lagi ke alam. Rasanya tuh akan senang banget karena akhirnya bisa earthing lagi. Tapi liburannya ga bisa lama-lama karena besok harus sekolah, besok harus kerja, harus ngurus anak lagi, ngurus bisnis lagi. Baru seminggu, udah kangen liburan lagi, kenapa? Karena belum menerima kenyataan bahwa yang di depan ini tuh kerjaan. Ya nanti liburan lagi, suatu hari.

Contoh lagi, abis latian, ngerjain soal dan lain-lain, mati-matian ngerjain case buat lomba, ngerjain skripsi, trus dengan jerih payah, berpeluh keringat, ga tidur, namun semuanya akhirnya terbayar dengan kelulusan, atau terbayar karena akhirnya menang. Orang-orang di sekeliling mengatakan “selamat” dan rasanya senang. Lalu setelah momen perayaan itu, kadang muncul rasa seperti rasa puas dan ga mau mengulang lagi, tapi bisa juga rasa yang muncul adalah ketagihan, ingin mengulanginya lagi tapi mungkin hasil yang didapat tidak sama seperti yang sebelumnya. Karena tidak sama seperti sebelumnya tersebut akhirnya merasa kecewa dan mengenang masa-masa “kejayaan” yang sebelumnya. Ada perasaan sedih kalau tidak bisa sama seperti dulu.

Dari dua contoh di atas bisa diliat kalau memang momen yang menyenangkan itu akan sulit dilupakan, dan sulit dilupakan itu sering kita asosiasikan dengan ga bisa move on. Padahal sebetulnya karena belum bisa menerima kenyataan. Antara melupakan dan tidak bisa move on adalah dua hal yang berbeda.

Awalnya aku denial soal pernyataan bahwa “move on adalah menerima kenyataan”. Aku pertama kali tahu bahwa move on adalah menerima kenyataan yaitu dari salah seorang life coach bernama Jonathan End. Berikut aku ambil salah satu post di IG Story nya tentang move on.

Hal yang ingin disampaikan adalah cara mudah untuk move on sebetulnya yakni menerima kenyataan yang terjadi seapa-adanya, bahwa saat ini realitanya sudah tidak sama lagi. Dengan menerima bahwa realita yang ada sudah berbeda, maka bisa dengan mudah move on. So, kalo case-nya adalah ga bisa move on dari mantan, ya coba terima kenyataan bahwa sekarang realitanya sudah berbeda, dan terima itu apa adanya. Tidak perlu memikirkan berbagai kemungkinan yang bisa saja terjadi di masa depan. Terima saja kenyataan hari ini apa adanya. Kalo case-nya adalah ga bisa move on dari liburan, ya terima realita bahwa sekarang sudah beraktivitas seperti biasa lagi. Rencanakan lagi liburan lain di waktu lain lagi nanti.

Kadang, yang membuat takut untuk move on adalah takut menghadapi realita dan tidak yakin akan bisa mengalami hal yang sama di kemudian hari (untuk bagian hal yang membuat bahagia). Tapi aku pikir makin ke sini makin merasa bahwa kebahagiaan ada di tangan manusia sendiri (walaupun juga ada faktor eksternal). Hal-hal yang membuat bahagia, tingkat derajatnya, aku rasa bisa diatur dengan memanage ekspektasi (secara internal). So, selain terima kenyataan, harus latihan untuk lebih legawa dan ga setting ekspektasi apapun untuk setiap hal yang dilakukan. Just do the best. Di luar sana pasti banyak hal yang membuat sedih, membuat kesal, tapi apa yang ada di luar tidak bisa semuanya dikendalikan, mak, berusaha sebaik-baiknya mengendalikan diri sendiri dan menciptakan kebahagiaan atau sukacita dari dalam diri sendiri terlebih dahulu.

Sekian. Happy learning.

Standard